Murid SD Negeri 62 Kota Bengkulu. ©2019 Merdeka.com/Liputan6.com
Merdeka.com - SD Negeri 62 Kota Bengkulu harus membayar ganti rugi lahan setelah tidak ada kepastian dari Pemda setempat. Untuk menggalang dana, ratusan murid terpaksa mengemis di jalan.
Rafael Juliano, murid kelas VI SDN 62 Bengkulu yang rela berpanas-panasan di persimpangan jalan Meranti. Dia mengatakan, aksi mengemis itu terpaksa dilakukan untuk menggugah hati nurani para pihak yang terus memelihara konflik atas lahan sekolah.
"Kami hanya butuh tempat sekolah yang nyaman dan tenang, jangan korbankan kami," katanya di Bengkulu, Jumat (23/8).
Murid sekolah ini terus berada di pusaran polemik sejak hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2019-2020 awal bulan Juli lalu. Pagar gerbang sekolah yang ditutup seng hanya dibuka setengah untuk akses murid dan dewan guru masuk ke halaman sekolah. Itupun hanya diberi waktu seminggu saja, setelah itu, kembali ditutup total.
Pemerintah Kota Bengkulu melalui dinas pendidikan dan kebudayaan, mengambil langkah memindahkan mereka ke sekolah sementara untuk numpang belajar di SDN 51 dan SDN 59, yang berjarak lebih dari 2 kilometer dari SDN 62, dengan jam sekolah dimulai pukul 13.00 WIB.
Murid lalu disediakan kendaraan Bus Sekolah untuk mengantarkan mereka dari sekitar rumah mereka ke sekolah sementara tersebut. Tetapi dalam tiga hari ke belakang, bus tersebut tidak lagi melayani mereka dengan beragam alasan.
Iskandar (50) salah seorang wali murid mengatakan, informasi yang mereka terima, bakal ada pungutan untuk membiayai operasional bus sekolah tersebut. Mereka keberatan dan meminta anak mereka dikembalikan saja ke lokasi sekolah yang lama.
"Selesaikan saja masalah ini, jangan mental anak-anak kami dikorbankan," ujar Iskandar.
Polemik yang terus terjadi di SDN 62 Kota Bengkulu membuat para murid kelas VI yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN) meradang. Mereka mengaku tidak bisa berkonsentrasi belajar dengan kondisi saat ini.
Jelesti (11) salah seorang murid kelas VI mengaku sudah lelah dengan keadaan yang tidak kunjung selesai. Dia bersama murid lain rela berpanas-panasan membawa kardus untuk menghimpun dana masyarakat di persimpangan lampu merah Jalan Meranti dan kawasan Simpang Lima Kota Bengkulu.
Dia bahkan menitip pesan untuk Presiden Jokowi supaya mau turun tangan menyelesaikan persoalan ini. Sebab informasi yang diterimanya, walikota bahkan gubernur Bengkulu sudah berupaya menyelesaikan persoalan ini tetapi belum juga selesai.
"Kami mau belajar, sebentar lagi ujian, tolonglah kami," urai Jelesti.
Emi Mulyani, salah seorang guru yang juga menjadi wali kelas VI SDN 62 Bengkulu juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi persoalan ini. Dia hanya bisa melihat ratusan muridnya harus belajar di lahan kosong milik salah seorang warga Sawah Lebar yang kebetulan dijadikan taman kota.
"Untuk terlibat terlalu jauh dalam polemik ini, kami tidak berani, hanya bisa memandang sambil menahan tangis saja," ujar Emi.
Reporter: Yuliardi Hardjo Putro
Sumber: Liputan6.com [fik]
Sumber: Liputan6.com [fik]